Setelah 40 Kali Ramadan

Tahun 1984 saya mulai menjalankan ibadah puasa Ramadan secara penuh. Sebelumnya ya puasa beduk, semacam latihan puasa dengan dua kali berbuka: saat beduk Zuhur dan beduk Maghrib. Jadi tahun ini setidaknya saya telah menjalani lebih dari 40 kali puasa Ramadan. Kalau pada jaman Orde Baru ada Pembangunan Lima Tahun (Pelita), berarti sudah 8 kali Pelita terlampau. Saya ingat pelajaran sekolah dasar bagaimana dari Pelita ke Pelita diibaratkan sebagai proses tinggal landas pesawat. Masing-masing Pelita memiliki target. Pelita yang belakangan targetnya lebih tinggi dan tentu saja harus semangkin lebih baik daripada Pelita sebelumnya sedemikian sehingga pada Pelita Keenam Bangsa Indonesia memasuki tahap tinggal landas, terbang tinggi dalam kemakmuran dan kesejahteraan.

Continue reading “Setelah 40 Kali Ramadan”

Takdir

سوابق الهمم لا تخرق أسوار الأقدار

“Betapapun kuat keinginan, betapapun keras upaya, tak akan mampu menembus tembok takdir.” [Imam Ibnu Atha’illah]

Waktu dan Suratan Takdir

Di bagian akhir film Looper, Joe tua (Bruce Willis) yang berasal dari masa depan sebenarnya hampir berhasil membunuh Cid, bocah kecil masa kini yang kelak di masa depan akan menjadi seorang pembunuh terkenal dengan sebutan Rainmaker. Continue reading “Takdir”

Tajrid

ارادتك التجريد مع اقامة الله اياك في الأسباب من الشهوة الخفيّة. وارادتك الأسباب مع اقامة الله اياك في التجريد انحطاط عن الهمّة العليّة

“Kehendakmu untuk tajrid (mengisolir diri, tidak melakukan usaha), sementara Tuhan menempatkanmu pada maqam seorang yang harus berusaha, itu adalah sebentuk syahwat atau kesenangan nafsu yang tersembunyi. Sebaliknya, kehendakmu untuk ikut-ikutan berusaha, padahal Tuhan memberimu maqam sebagai orang yang seharusnya tajrid, itu adalah sebentuk kemerosotan kelas.” (Imam Ibnu Atha’illah) [1] Continue reading “Tajrid”

Mengandalkan Kebaikan, Mengabaikan Tuhan

 من علامة الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل

“Salah satu tanda seseorang mengandalkan amal kebaikannya adalah berkurangnya pengharapan (kepada Tuhan) saat terwujud kesalahan (pada dirinya).” (Imam Ibnu Atha’illah)

 ***

Tuhan dilupakan pada saat orang sibuk bekerja atau saat kondisi mujur dan bahagia, tetapi diingat dengan penuh pengharapan pada saat dilanda duka nestapa adalah hal yang lumrah selumrah-lumrahnya. Ada sebuah anekdot tentang golongan yang layak masuk surga paling awal. Ternyata yang layak masuk surga lebih awal bukanlah ustadz, tetapi supir bus yang ugal-ugalan. Dibanding ustadz, supir bus ugal-ugalan ternyata lebih bisa membuat para penumpangnya takut setengah mati lalu merasa sangat butuh Tuhan. Continue reading “Mengandalkan Kebaikan, Mengabaikan Tuhan”